Minggu, 16 Oktober 2011

Tidurlah, Nak.....

Anakku,
tawamu masih saja riang,
hari telah malam,
tidurlah, Nak...

Anakku,
tidakkah kau merasa lelah ?
setelah seharian kau habiskan waktu mengitari kamar  sambil merangkak,
kamar kecil yang kita tempati,
kau, aku dan ayahmu...
maafkan kami, Nak...
belum mampu memberikanmu ruang yang sedikit lebih besar,
kau mungkin sering merasa kepanasan,
oleh kamar kecil yang penuh sesak...
tapi, Anakku...
di kamar kecil inilah aku dan ayahmu menjadi utuh,
pun ketika tarian sperma ayahmu menuju rahimku,
lalu kau bersembunyi di dalamnya,
sembilan bulan sepuluh hari,
kita melewatinya disini, Anakku.....


Anakku,
kau tumbuh dalam ketidakmampuan kami,
tapi ingatlah, Sayang.....
kau tak akan kurang akan cinta dan kasih sayang kami,
Ibu berjanji !
Kau memberi kami kejutan setiap hari,
tubuhmu yang semakin besar,
tatapanmu yang semakin tajam namun penuh kelembutan,
tangisanmu yang semakin kencang,
tawamu yang semakin riang,
dan Sayang, minggu lalu kau mulai memanggilku ibu
kau juga berhasil mengucap ayah untuknya
dan lihatlah senja tadi,
kau tampak mulai bisa berjalan,
perlahan,
dan nanti akan kulihat kau berlari riang menuju padaku...
Kau pasti lelah, Sayang..
setelah seharian memberiku rasa senang
sekarang,
tidurlah, Nak........

Anakku,
esok pagi ingin kulihat tawamu membangkitkan semangatku,
membangunkanku dari kelelahanku yang begitu panjang.
Tidurlah, Nak.......
Ibu akan menjagamu,
menenangkan tangismu di setiap malam,
Ibu tak akan mengeluh,
karena engkau anakku....

Anakku,
ayahmu belum juga pulang,
tadi pagi ketika dia pergi,
dia tampak begitu bersemangat, Sayang..
dan dia memintaku untuk tetap terjaga,
dia bilang akan pulang dan membawakanmu mainan,
tidakkah kau juga bahagia, Sayang ?

Tidurlah, Nak......
ibu akan menjagamu,
hingga sesaat lagi ayahmu pulang untuk kita........



_nles_


Kost, 11 Juli 2011
00.12 WITA

Ini rumahmu, Sayang....

Sayangku,
aku hidup untuk memahamimu,
meresapi tiap rasa sakit yang menderamu,
kekecewaanmu akan hidup ibarat racun yang menyebar di semua titik nadi,
mengotori tiap tetes darah yang masih mampu mengalir di antara daging-dagingmu,
yang kemudian membusuk,
lalu kembali melukaimu.......

Aku tahu, Sayang.......
engkau telah sangat lelah,
oleh kebencian,
kekecewaan,
pengabaian,
dan segala bentuk rasa sakit yang mereka ciptakan untukmu !

Tapi sadarkah, Sayang ?
sesungguhnya bukan mereka yang membunuhmu perlahan.
tapi engkau !
ya KAU,
dirimu sendiri.
kau yang selalu memberi mereka celah untuk menyakitimu !
hentikan mereka, sayang !
aku tahu engkau mampu...
temukan kebebasanmu yang sempurna,
engkau hanya perlu sedikit keberanian,
berjuanglah, Sayang !
lupakan sejenak rasa lelah dan kecewamu.....

Tahukah, Sayang ?
bahwa sesungguhnya mereka begitu takut,
takut akan betapa kuatnya engkau,
takut akan kokohnya kakimu berpijak,
takut ketegaranmu menjatuhkan mereka,
takut keberadaanmu menepikan mereka,
ketakutan-ketakutan yang mereka ciptakan dari ego mereka sendiri.

Lihatlah, Sayang......
betapa bodohnya mereka,
mereka melihatmu tak ubahnya pengemis kecil,
tanpa mereka pernah menyadari,
bahwa sesungguhnya engkaulah juru selamat mereka,
bahkan sejak pertama kali engkau mereka temukan !

Dan Sayangku,
pulanglah jika engkau telah merasa lelah,
ketika kakimu terlalu lemah untuk berdiri,
rengkuh tanganku, Sayang...
tak akan kubiarkan tubuhmu tumbang,
tak akan kubiarkan wajahmu menyentuh tanah,
kau akan tetap tegak, Sayang....

Sayangku,
aku tetap di depan pintu,
menunggumu pulang kapanpun kau inginkan,
ingatlah Sayang,
pintunya selalu terbuka,
meski dingin malam ataupun debunya siang seringkali membuatku merintih,
aku berjanji akan selalu terbuka pintu rumah kita,
karena aku tak mau di saat kau pulang kau akan kembali pergi jika melihatnya tertutup,
ini tetap rumahmu,
pulanglah Sayang........

Sayangku,
tahukah di setiap malam,
aku melipat tangan di depan dada,
memohon padaNYA,
untuk menjagamu agar selalu baik-baik saja,
meskipun pada kala yang sama kau tak pernah mengingat akan aku,
pun ketika kau sibuk menyinggahi rumah-rumah yang tak pernah aku tahu,
aku tetap disini, Sayang.......


Pulanglah, Sayang............



_nles_

Kost, 10 Juli 2011
23.33 WITA

Aku dan huruf-huruf di otakku......

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.............
bertebaran,
berantakan,
berserakan,
tak teratur............

aku dan huruf-huruf di otakku,
huruf-huruf yang tak berangkaian,
yang tak tau tentang apa,
tak terdefinisi,
samar-samar,
tak jelas.............

nalarku,
logikaku,
selalu tak normal ketika mengingat tentang kamu,
dan huruf-huruf di otakku,
semakin tak teratur,
bias.........

kamu,
menjadi alasan semakin tak jelasnya huruf-huruf di otakku,
kamu dan semua tentang kamu,
aaaaaaaaaaaaah..........
tapi ada beberapa huruf yang tersusun sempurna ;
cinta,
rindu,
cemburu,
sisanya selalu tak pernah jelas............


lupakanlah !



Rumah, 8 Juli 2011
12.53 WITA

_nles_

AKU !

aku ya aku.........
aku bukan kamu,
tak juga mereka,
aku adalah aku.......

aku dan keakuanku,
serta semua yang tentang aku,
mengaku sebagai aku,
yang sesungguhnya tak selalu aku.....

aku menjadi aku,
sebagai aku yang sesungguhnya aku,
aku dengan lebihku,
dan aku yang juga dengan kurangku.......

itu aku...........
tak lagi bertanya tentang siapa aku ?
tapi inilah aku !

mengetahui dan memahami tentang aku yang sesungguhnya aku,
bukan aku yang mengaku aku,
bersiap tentang aku yang memang aku,
bukan terbuai oleh aku yang tak aku,
akulah aku.........

sayangku,
kawanku,
sudahkah kalian tau dan paham akan aku dalam kalian ?
aku dalam kalian yang memang sesungguhnya kalian,
keakuan yang kalian,
adalah kalian,
dan jadilah aku bagi kalian dalam kalian..........


dan sayangku,
dan pula kawanku,
inilah aku.........
aku yang sesungguhnya aku !!!!!!!!!!




rumah, 8 Juli 2011

_nles_

Kusebut itu KITA.....

Aku dan kamu,
KITA,
Iyaaa benar, KITA !
Satu kata yg jauh lebih bermakna,
Tak hanya aku,
Tapi juga kamu,
Itulah KITA !

KITA,
Dari generasi yg tak sama,
Terlahir dari masa yang berbeda.....
Tapi aku dan kamu,
Mampu menjadi satu !

Hyang Paraning Numadi,
Menciptaku,
Melalui tarian-tarian sperma yg menyatu dengan benih hidup dalam rahimmu,
Menitipku dalam ruang hangat itu,
Sembilan bulan sepuluh hari,
Aku menakarnya dalam waktu,
Dan setelahnya,
Kau tunjukkan padaku,
Tentang semesta dan manusia,
Dan bahwa aku hidup,
Memulai kehidupanku,
Sebagai sesuatu yg benar-benar hidup,
Sama sepertimu,
Ayah dan ibuku.......... :)

KITA,
Terlahir dari masa yg berbeda,
Menjadi generasi yg tak sama,
Tapi aku dan kamu,
KITA,
Adalah satu.....
oleh aliran darah yg tak berbeda,
dari rahim yg satu,
Kamu dan aku,
KITA,
Adalah titipan yg sama,
Oleh Hyang Paraning Numadi,
Untuk ayah & ibu,
Kamu,
Adik-adikku.......... :)



Kost, Kamis 24 Maret 2011
16.23 Wita
_nles_

Aku, bintang Venusmu........

Menjanji rindu aku, pada segurat ilalang di bukit senja.......
Janji ilalang, kusebut itu !
Merindu aku, pada rasa yg silam, tentang lelakiku.....
Pada semua kata dalam sajak-sajak sederhana,
dan tawa renyah,
Bukankah itu sebuah masa yang bahkan lebih dari sekedar indah,
Masa yang membuat kamu dan aku,
Merasa bernyawa,
Selalu di setiap detik kala.........

Janji ilalang,
Aku menyebutnya !
Melukis sebuah ikrar,
Tanpa guratan.......
Bersaksi tanpa kata,
Ketika kamu ajukan tanya,
" Bersediakah engkau, bintang Venusku, menjadikan aku penjagamu, di setiap kala & masa ? "

Dan aku hanya mengangguk,
Pelan........
" Dan akan kuterima kamu, kujadikan engkau suami......... :)

Aaaaaah....... Aku rindu, teramat !


Kost, Kamis 24 Maret 2011
11.41 Wita
_nles_

Pulanglah, dik....

Wajahmu pucat,
senyummu terlihat begitu pahit,
terpaksa kah ?


Ada apa, dik ?
Berbagilah....
Meski hanya dengan cerita...
Karena lewat ceritamu kami akan tahu tentang kau dan dunia barumu.


Tapi aku rasa kekuatanmu telah habis.
Lihat saja,
Langkahmu gontai,
Ayunan tanganmu tak lagi seirama,
Tatapanmu tampak begitu kosong.
Kemana hilangnya semangat itu ?
Kemana larinya pancaran penuh pengharapan itu ?
Semua seperti tak lagi terlihat,
Aku yang tak lagi mampu melihat,
Atau sesungguhnya memang tak lagi ada ?


Kamu tampak begitu rapuh, dik !
Ada apa ?
Berbagilah.....
Aku selalu menyiapkan bahu,
Untuk tempatmu menangis,
Tentu saja !


Begitu berat kah hingga membuatmu tak mampu berkata ?
Begitu lelah kah hingga berdiri pun kau tak lagi mampu ?
Begitu menyedihkan, dik......
Begitu tampak berbeda !


Kembalilah pada kami...
Jika kau merasa telah cukup lelah utk brdiri diantara mereka.
Tangan kami masih selebar dulu utk tetap menyambutmu.....
Pulanglah, ke rumah kita !
Ini masih tetap rumahmu,
rumah yang sama,
rumah yang dahulu membesarkanmu.


Pulanglah.....
Kami menunggumu d depan pintu, pintu hati kami.......


Masih ingatkah kau dengan jalannya ?
jika tidak,
jika engkau telah lupa,
kami akan membantumu utk menemukannya,
menemukan jalan pulang !
Dan jika pun engkau terlalu lelah untuk melangkah,
kaki kami akan menopang tubuhmu utk tetap tegak,
tangan kami akan memapahmu,
hingga kau tiba di rumah !


Pulanglah.........
Kami merindukanmu, dik !



Kost, 8 November 2010
_nles_

Ganjil....

Hari pertama, merasa biasa.
Hari kedua, merasa masih biasa.
Hari ketiga, mulai merasa ada yang tak biasa.
Hari keempat, kembali mancoba biasa.
Hari kelima, menjadi semakin tak biasa.
Hari keenam, kuyakinkan semua akan menjadi terbiasa.
Hari ketujuh, menyadari bahwa semua memang tak seperti biasa dan mulai melakukan hal-hal tak
biasa.


Dan hari-hari berikutnya..........
Aku mulai merasa kehilangan, semakin merasa hilang, menjadi tidak utuh.
Bertanya,
Kenapa ?
Bukankah semua tetap biasa saja...
Tak ada yang sungguh luar biasa,
semua berjalan seperti biasa !


Kini bahkan hari ke-99,
besok hari ke-100,
akan menjadi genap.
Sudahlah.......
Semua akan tetap biasa !
Berharap.....


Tapi sungguh,
rasa tak biasa ini membuatku mulai terbiasa dengan semua yang tak biasa.
Terbiasa menghitung setiap ganjil yang akan tergenapi.
Tapi semakin aku terbiasa, semakin aku merasa ganjil.
Iya benar........
Angka-angka ganjil yang awalnya tak biasa menjadi biasa dan semakin terbiasa,
namun terasa ganjil......
Kenapa ????


Aaaaarrrggggghhhhh......
Aku tahu,
Aku mulai paham,
Aku mulai menyadari,
Semua keganjilan yang mulai terasa biasa,
Bukankah pada awalnya semua tergenapi ???
Aku dan kamu !!!
Menjadi genap dengan istilah " KITA "


Tapi hari ini,
semua terasa ganjil....
Angka 99,
dan semua hitungan ganjil yang membuatku terbiasa dengan ganjil.


Dan aku pun ganjil,
Tak lagi tergenapi,
Tanpa kamu !!!




Denpasar, 7 November 2010
Pkl. 15.08 WITA
_nles_

Sayang, apa kabarmu ?

Sayang, apa kabarmu ?
Telah lama tak kudengar kau memanggil namaku,
Telah lama pula tak pnah kurasakan hangat pelukmu,
Dan selama itu pula bibirku kering tanpa ciumanmu.
Terasa ruang kosong diantara jari-jariku, kasihku.....


Sayang, apa kabarmu ?
Masihkah kau menunggu datangnya senja, brharap jingga akan menghadirkan kisahku yang smakin menguap.
Atau kau berdiam di bawah malam, brsahut-sahutan dengan bintang tentang aku ?
Masihkah trcium aroma tubuhku saat air langit mulai membasahi pertiwi, bau tanah yang sangat kau dan aku suka....
Masih ingatkah saat gerimis muncul penuh malu, kau selalu berkata iya untuk menemaniku menghitung derasnya....
Dan saat hujan mulai reda, kau selalu mengajakku berlarian mencari ujung pelangi itu.....
Indah katamu........!
Masih ingatkah ?
Atau kebencian menyembunyikannya dari hatimu ?


Sayang, aku rindu......
Rindu sajak-sajak sederhanamu...
Tentang senja,
Tentang jingga,
Tentang malam,
Tentang bintang,
Tentang dedaunan,
Tentang gerimis,
Bahkan tentang laba-laba dan siput,
Yang katamu,
Itu lucu !!!


Sayang, sering aku sangat rindu....
Hingga tak mampu kueja kata tentang rindu,
Aku lupa tentang rasa itu,
Saking seringnya aku merasa rindu,
Tanpa sekalipun jua ada yg mampu bertanggungjawab atas rinduku !


Sayang, apa kabarmu ?


Kost, 5 November 2010
_nles_

Perempuan itu, .........?

Siapa perempuan itu ?
Kenapa wajahnya seperti sangat tidak asing ?
Lalu kenapa dia seperti sedang tertidur ?
Wajahnya begitu pucat,
Bibirnya membiru, pun dengan kukunya. .
Dan kenapa orang-orang itu melingkarinya ?
Mereka menangis, iya benar. . . Tangisan memilukan !


Lalu apa ini ?
Ini tempat yg berbeda. .
Perempuan itu. .
Iya itu perempuan yg td kulihat tanpa busana. .
Tapi ada apa dengannya ?
Dia tampak begitu kesakitan. .
Kenapa makhluk-makhluk berjubah hitam nan menyeramkan itu terus mencambuknya ?
Aku bingung,
Aku terdiam tak mengerti,

Ahh. . .mungkin lebih baik kutanyakan pada org2 yg menangis tadi. .
Tapi kmn perginya mereka ?
Enyah. . .

Aku merasa sendirian di tempat mengerikan ini, menyaksikan si jubah hitam tak henti-hentinya memukul, menendang n mencambuk orang-orang yg tampak begitu tersiksa dan penuh rasa takut. .
Tersirat jelas dari tatapan n ratap mereka yg memilukan. . .

Ratusan jumlahnya orang2 tak berdaya itu, bahkan aku rasa lebih dr itu. . .
Tubuh mereka penuh luka,
Darahnya menetes tanpa henti,
Namun warnanya tak lagi merah,
Tapi hitam pekat berbau anyir. . .
Dan diantaranya kulihat pula perempuan itu. .
Ahh. . Lagi-lagi dia !


Aku mulai geram dgn apa yg kulihat. .
Tapi aku tetap tak mampu berbuat. .
Kenapa si jubah hitam begitu kejam ?
Tidakkah dia kasihan sdkt saja ?


Aku mendekat, mencoba bertanya demi memuaskan rasa ingin tahuku yg mulai memuncak. .
" kenapa dia menyiksamu ?" tanyaku pada salah seorang yg sedang tak henti-hentinya tercambuk. .
Dia diam, tak menjawab, hanya memandangku penuh tangis n kesakitan. .

Kualihkan wajahku pada si jubah hitam,
" hey kenapa kau begitu jahat, tak kau lihat dia telah hampir mati, hentikanlah ! Ayo hentikan ! " bentakku pada si jubah hitam. .

Tapi dia justru tak menggubris, bhkan melihatku pun tidak !
Dia tetap mencambuk..

Aku kesal. . .
Ingin kulihat wajah mengerikannya. .
Namun tiba-tiba,
Kilatan cahaya putih itu mengaburkan semuanya. .
Waaah mana si jubah hitam ?
Kenapa aku disini lagi ?
Bukankah mereka orang-orang yg menangis tadi ?
Dan perempuan itu lagi. .

Kenapa perempuan itu ada disini ?
Bukankah si jubah hitam sedang memecutinya ?
Aku semakin tak mengerti. . .


" Anakku, tidakkah kau kenali wajah orang-orang yang menangis itu ? Begitu pun perempuan itu. . Telah lupakah kau, Anakku ?
Lihatlah mereka baik-baik !"

Suara seorang kakek yg tak kusadari telah berdiri dan mengelus rambutku. .
Kakek tua yg terlihat begitu bijak,
Terbalut pakaiannya yang putih seluruhnya,
Dan rambut uban serta jenggot putihnya yang panjang,
Badannya tegak meski ia membawa tongkat yang juga berwarna putih,
Dan kalung biji-bijian yg terus saja seolah seperti dia hitung. . .
Sungguh pemandangan berbeda dgn si jubah hitam yg kejam !

Aku terkesiap dr lamunanku tentang siapa kakek yg tampak begitu sadhu ini. . .

Kualihkan pandangan pada orang-orang yg menangis itu,
Satu persatu aku coba mengingat !

"Bagaimana mungkin ?"
Pekikku dalam hati. . .
Bukankah itu ibu ?
Dan itu ayahku, sedang memeluk ibu. .
Ada adik2ku juga diantaranya,
Mereka menangis,
Meratapi. . Seolah tidak rela ditinggal pergi. . .

Di bagian lain,
Kerabat2ku, saudara2ku, keluargaku, teman2 dan sahabatku. . .
Mereka pun menangis !
Dan, hey. . .
Itu kekasih hatiku. .
Dia tampak begitu kusut, seperti tak bernyawa. .
Lelakiku menangis, dan lihat. . Lihat itu. . .
Lelakiku memeluk perempuan itu. . .


Aku mendekat,
Mencoba melepas pelukannya dari perempuan itu. .
Tapi kenapa tak bisa kusentuh lelakiku ?
Aku berteriak ," Aku wanitamu, kenapa kau peluk perempuan itu ?"


Lelakiku tetap diam, tak bergeming, justru pelukannya semakin erat. . . Dan di mulai berbisik pada telinga perempuan yg aku rasa telah menjadi mayat itu ," Bidadariku, kenapa tak kau tepati janjimu untuk tetap bersamaku dan menjadi ibu bagi anak2ku, anak2 kita. . Kenapa begini caramu meninggalkanku ? Tidakkah kau masih mencintiaku, wanitaku ? "

Di sisi lain kudengar ibuku meratap ," Anakku kenapa kau meninggalkan ibumu yg telah lama bermimpi melihat dan memberimu restu saat bersanding dengan lelaki pilihan hatimu ? Bukankah kau telah berjanji akan menghadiahkan cucu yang lucu dan pintar yang akan meramaikan hari tuaku dan ayahmu ?"

Dan setelahnya terlihat ibu untuk kesekian kali kembali tak sadarkan diri dalam dekapan ayah yg tak lagi tampak tenang seperti biasa. . .
Dan adik2ku,
Mereka hanya mampu menangis tanpa berkata. .

Lalu teman2ku, sahabat2, saudara, keluarga dan kerabat. .
Yang ntah kami berhubungan darah atau tidak,
Mereka pun menangis tak hentinya. .
Sayup-sayup aku dengar, mereka menyebut nama yg sepertinya aku kenal. .
Galuh. .
Ya mereka menyebut nama itu !


Galuh. .
Bukankah itu namaku ?
Kenapa mereka menyebut namaku sambil menangis ?


Kudekati tubuh perempuan yg kini tak lagi dipeluk oleh kekasihku. .
Aku penasaran, aku ingin tau. . .

Dan betapa terkejutnya aku. . . .



Itu aku, Galuh Bhatari !!!



Kost,,, 26 Oktober 2010, 00.10 WITA
_NLES_

Berbincang aku dan lelakiku.......

Kataku ,
"Aku hanya sedang merindu..... Merindu sajak sederhana mu, spti dulu..... Karena dengan itu kamu mengatakan kamu menyayangiku.... Ingatkah ???

Lalu lelakiku pun menjawab,
" Bagaimana mungkin aku melupakannya...Mlupakan sajak2 cinta....Waktu memang brlalu tp tak mnyurutkan makna dr sajak2 cinta itu !
Aku pun mrindumu...Rindu belaian hangat tiap jemarimu.. Kcupan manismu pun mampu bangkitkan gairah lelakiku..Membawamu ke atas singgasana peraduan,memadu hasrat,brcumbu dgn sgt manisnya..Kau wanitaku yg slalu tau lekuk2 gairahku....

Jawabku kemudian,
" Kamu tau ?
Aku selalu menantimu di dermaga yg telah kita janjikan...bertanya pada hati, kapan kau akan menemuiku ?


Kau mulai berkata,
" Perahu yg ku kemudikan msh dlm sparuh prjalanan mnuju drmagamu...

Tanyaku lagi,
" Begitukah ?
Aku akan tetap dsna lelakiku, menitip harap pada jingga.... Atw jika tak kau temui jingga ku,,, bertanyalah pada bintangmu, tentang aku....
Karena malam mu selalu menjagaku setelah senja menguapkan jingga nya.....


_NLES_

Ironi angka 6.........

Kamu tampak begitu sedih, sayang..... karena aku kah ???

Bukan, bukan....
Tentu bukan karena aku,
Kita baik-baik saja...
Aku dan kamu !!!


Lalu kenapa ???
Yang kudengar seorang wanita menyentuh hatimu dan membuatnya terluka.....
Aku bertanya pada batinku ,"
Siapa ?
Wanita yang mana ?
Apakah aku ?
Tapi kamu berkata bukan aku !
Jika bukan aku,
Lalu wanita yang mana ?
Bukankah cm aku wanitamu....


Hhh.....
Pertanyaanku bersekutu dengan ragu dan curiga,
Apakah akan menjadi cemburu,
Kemudian kecewa ?
Ntahlah.....

Dan kamu tetap saja diam.
diammu membuatku bingung,
bingung harus mengucap apa,
bingung kalau harus diam saja,
aku merenungi,
aku mencoba memahami arti diammu,
aku menunggu kamu memecah diamku !


Hingga akhirnya,
Bibirmu mulai mengeja kata
," Aku tak ingin menyakitinya ".


Aku tertegun pada kata " nya "
Siapa maksdnya ?
Sekali lagi,
Tentu bukan aku...


Sedetik kemudian pengakuan-pengakuan pun mulai muncul dari bibirmu yg slama ini sll berjanji begitu manis pada hatiku...

" Maaf, aku tak mampu membiarkannya sendiri, aku tak mampu untuk tidak mencintainya lagi, aku tak mampu untuk tidak kembali padanya dan aku semakin tak mampu untuk menggantikannya denganmu ! "

Begitu lancar,
Tanpa cekat,
Kata-kata itu mengalir deras dari bibirmu.
Kata yang membuatmu tampak begitu lega.
Tapi tahukah kamu, cintaku...
Aku tak sanggup mencernanya,
Bahkan mendengar nya pun membuatku bergidik,
aku merinding,
aku tersesak,
menahan tangis.....


Mimpikah ???
Dan kau kembali melanjutkan kejujuranmu,
seolah tak peduli akan betapa tersakitinya aku,
aku bagai tertusuk miliaran kristal-kristal es,
begitu sakit, dingin dan nyeri tak tertahankan...


" Enam bulan lalu dia datang padaku, meminta kembali cintaku yang enam tahun lalu telah disia-siakan nya...dan aku tak mampu untuk menjawab tidak atas permintaannya itu ."


Huruf-huruf yang kau lancarkan semakin tak terkendalikan,
Dan kamu tetap melanjutkan....


" Dan kemarin ketika dia melihatku mencium mesra bibirmu, dia mengaku sangat cemburu dan dia terlihat begitu sakit karenanya... Dia menangis semalaman meskipun aku telah mendekapnya erat dan berjanji tak kan meninggalkannya... Sungguh aku tak sanggup melihatnya begitu ! "


Kamu berhenti,
Akhirnya kamu tercekat...
Karena melihat tubuhku bergetar kah ???
Aku pikir tidak !!!
Tanda titik pada kalimatmu trlihat nyata karena kamu sangat mengkhawatirkannya.


Oh kasihku, apa ini ?
Mana kata-kata manis itu ?
Mana sajak-sajak cinta itu ?
Kenapa bibirmu terlihat begitu hitam dan mengerikan ?
Tuhan.........



Siapa kamu ?
Kamu bukan kekasihku.
Kekasihku tak kan menyakitiku.


Huffffft....
Aku tau satu kenyataan yg tak terpikir sebelumnya,
Tak kau acuhkan telponku,
Tak kau jawab pesanku,
Dan pada kala itu kau bersamanya ?
Mendekap dan menenangkannya ?
Lalu aku ???


Tahukah kamu,
Aku memikirkanmu malam itu,
Aku begitu mencemaskanmu,
Sementara kamu ?



Aku tetap hening,
Tak tau harus berucap apa,
Pikiranku mulai tak terkendali,
Kukumpulkan kekuatan sebisa aku memungut puing-puing keberanianku,
Bahkan nyawaku terasa tak lagi melekat pada tubuhku...


" Tahukah kamu aku sangat mencintaimu ? Kuberikan semua yang kupunya 3 tahun ini, untukmu lelakiku.... Dan kamu hanya menjadikanku obat sementara untuk lukamu ?
Kamu hanya menjadikanku pelarian atas cintamu yang tersia ?
Hey sayang,
Tak berartikah masa 3 tahun ini ?
Hingga begitu mudahnya kau membuangnya bahkan untuk perempuan yang telah menyiakanmu ?


Apa artinya aku ? Tak kau anggap kah cintaku ?
Atau sejak awal mula kau tak pernah mencintaiku ?
Oh penjaga jiwaku, sekejam inikah kamu ?
Aku tak sanggup untuk mengerti....
Tidak ingatkah kamu 6 hari lagi kita akan menyatu ?
Tanggal 6 bulan ke- 6 yang telah kita sepakati untukmu menjadikanku istri.
Sadarkah ?


Batinku meronta,
Hatiku terluka,
Darahnya bercampur nanah,
Sungguh tak terperikan.
Dan kamu kembali diam !


Aku melanjutkan,
" Apa maumu sekarang ? "



Telah lama aku menunggu jawaban atas satu pertanyaanku itu,
Jawablah !
Bukankah tadi kau begitu lancar bercerita ttg dia ?
Lanjutkanlah...
Lanjutkan menyakitiku....
Aku telah siap atas keputusanmu selanjutnya !


" Aku akan mati jika tak bersamanya, telah lama aku merawat lukaku, berharap dia datang membawa obat untukku... Dan dia telah datang enam bulan lalu, menyembuhkanku "



Kamu kembali pada diam mu.
Dan aku berpikir,
Lagi lagi angka 6.... Bukankah angka 6 kamu memintaku jd kekasihmu, bukankah angka 6 pula yang akan menyatukanku denganmu... Lalu knp kamu pilih angka 6 itu untuk mengkhianati asaku ???


" Aku akan pergi.... Aku bahagia untukmu dengannya !"

Ucapku seraya menyerahkan kembali cincin bertuliskan nama kekasihku,
Cincin yang sempat melingkar beberapa waktu di jari manisku,
Cincin yang memiliki kekuatan luar biasa yang selalu mampu membuatku tersenyum,
Cincin yang sebelum hari ini mampu membuatku merasa memilikimu seutuhnya,
Cincin yang sejak hari ini tak lagi pantas kumiliki !


" Maaf......... "


Terdengar lirih ketika aku berlalu darimu !




_NLES_

Mana Bintangku ?

Senjaku telah datang tapi tidak dengan jingganya. . .

Hujan msi enggan untuk berlari menjauh,
tapi setidaknya rintiknya menemaniku menikmati senja bergemuruh ini. . .

Bertanyaku pada hati, akankah malam kala ini bersedia membawakanku bintang ?

Aku rindu pada bintangku. . . Bintang yang kini tak pernah lagi sudi menemuiku. . .

Hhh. . . Mungkin dia telah lupa akan janjinya untuk selalu bersamaku melewati malam,
sesaat setelah kunikmati senja dan jinggaku. . .

Mungkinkah dia menguji setiaku ???
Tenang saja. . .
Aku menunggumu, bintangku !

Karena aku berhutang pada senja dan jingga,,,
keduanya menitip salam pada bintangku. . . .



_NLES_

Untukmu, Adik-adikku.............

Dear,,,
* dex ana & yogi *



Sering aku rindu tawa riuh kalian. . . Sesekali kita saling menghina, tak brmksud menyinggung, hanya dmi menemukan inspirasi untuk tawa renyah. . .
Dan terlukis betapa bahagianya ayah dan ibu kita. . . Menertawai tawamu, tawaku, tawa kita. . .
Tawa malaikat-malaikat kecil penghuni hati mereka. .
Keriangan makhluk-makhluk kecil yg Tuhan titipkan pada ayah dan ibu kita. . .

Itulah kita !
Yang mereka peluk erat ketika petir bergemuruh tatkala malam dipenuhi air langit berjatuhan,

Yang mereka genggam erat tangannya ketika berjalan di jalan terjal, berharap kita tak akan jatuh ke sisi jalan yg berbatu,

Yang menunggu pnuh senyum setiap kali kita pulang dengan sisa-sisa kekuatan setelah seharian bermain bersama kawan,

Yang dengan penuh sabar mengajari kita menulis dan membaca, berharap kelak kita mampu menuliskan takdir kita sendiri dan membaca dgn baik kehidupan yg semesta janjikan,

Yang dgn penuh perlindungan menjaga aku dan kamu dari setiap rasa sakit,

Yang dgn penuh kasih mengusap butiran-butiran bening di pipi atw bahkan tangis yg menyesakkan,

Yang mendekap erat saat kita begitu takut akan gelap,

Yang dengan penuh kekuatan tekad memberikan kehidupan terbaik untuk kita. . .


Dan tahukah adikku,
Ketika malam mereka menyatu penuh cinta, setelahnya mereka menanti datangnya bulan kesembilan. . . Untuk apa ?
Untuk kita makhluk-makhluk kecil yg mereka bentuk penuh doa dan cinta, kita makhluk-makhluk kecil yang Tuhan kirim melalui rahim ibu kita. .


Dan ingatkah adkku,
Ayah begitu cemas menunggu kita, menunggu ibu yg berjuang diantara hidup dan mati, hanya demi membantu aku dan kamu menikmati awal mula kita mnjadi manusia. .


Masih ingatkah pula adkku,
Betapa bahagianya ibu saat pertama memeluk kita, saat pertama kita mulai menggeliat dlm dekapannya dan pertama itu pula kita menyusu padanya...


Dan tahukah pula kamu adkku,
Pada kala yg sama ayah begitu girang mendengar tangis kita, begitu bahagia melihat istri dan makhluk kecilnya selamat. . Saat dimana ia tak mampu berkata, hanya mampu berbisik pelan pada ibu ," Sayang, ini anak kita. . Terima kasih telah menjadikanku seorang ayah ."
Dan diantara rasa sakitnya ibu menjawab ," Terima kasih menjadikanku wanita sempurna dengan anakmu yg akan selamanya memanggilku ibu ."

Indah bukan ?
Kehidupan kita berawal hari itu, bersama semesta mereka mengajari kita banyak hal tentang siapa kita, kenapa kita hidup dan bagaimana kita hidup !


Adikku. . .
Tak ada hal yg bisa kita lakukan untuk membalasnya, karena kehidupan yg mereka beri terlalu luar biasa. .
Tapi satu hal adikku,, tawa dan geliat manja kita teman terbaik saat rambut mereka mulai putih. . . Genggaman tangan kt sahabat trbaik saat kulit mrk mulai keriput n tangan mrka tak lagi mampu merengkuh. .
Mata kita adalah indera terbaik yang akan membantu mereka untuk tetap menikmati semesta,
Dan melalui cerita kita lah mereka akan tetap merasa tak berkawan dgn rasa sepi. .


Adikku. . .
Bertiga kita akan menjadi ganjil yg menggenapkan hari-hari mereka. . .
Dan berjanjilah untuk tetap bersamaku menemani ayah dan ibu menghabiskan sisa-sisa air kehidupan yg mereka punya. . .


Love y0u. . .

_NLES_
Rumah, 24 Oktober 2010

Untuk Lelakiku..............

Lelakiku,
mungkin tak selalu benar...

Lelakiku,
tak jarang pula bersahabat dengan salah...

Lelakiku,
di satu waktu justru tak menyenangkan....


Tapi,
dialah lelakiku....

Lelaki yang begitu laki-laki mencintaiku,
Lelaki yang bersamaku merenda mimpi akan pondok kecil,
Lelaki yang bersamaku tertawa riang sambil memilih nama anak-anak ku kelak, anak-anak kami.....
Lelaki yang bersamaku selalu berimaji akan masa kami esok dan esoknya lagi.....
Lelaki yang dengan cara-cara sederhana memanjakan batinku....
Lelaki yang dengan diamnya menaklukkan ego dan emosiku....
Lelaki yang selalu menyiapkan bahu untuk ku bersandar, sekedar melepas lelah atw bahkan tangis.....
Lelaki yang selalu mengisi ruang diantara jari-jariku....
Lelaki yang selalu memberiku senyum....
Lelaki yang sll membawakanku eskrim dan cokelat....


Itulah lelakiku,
dan dengan bangga aku katakan pada dunia ,"
Aku mencintai lelakiku.......




_NLES_

Kita Tak Harus Sama, Sayang........

Kita tak sama,
Bahkan sejak awal mula......

Aku mencintai warna putihku, yang sangat berbeda dengan hitam yang kau banggakan....


Aku pun memuja ufuk barat yang tak pernah lupa membawa senjaku yang jingga,
Tapi kamu akan sangat bersemangat ketika timur mu menawarkan cahaya seutuhnya......

Lelakiku.....
Kita tak perlu sama,
Ketika pun pandangan mata kita tak tertuju pada arah yang sama....
Namun,
Bukankah hati kita tetap berpeluk mesra ?
Kita akan tetap menikmatinya....
Aku dan kamu !!!


Aku akan menemanimu menikmati surya, bersama secangkir kopi hitam di tanganmu dan segelas susu cokelat hangat di tanganku....

Dan seperti biasanya,
Kau pun akan tetap mendekapku hangat,
Diantara senjaku yang jingga....



Skali lagi, kita tak harus sama utk bisa tetap bersama.... ;)


Sayang kamu,,, lelakiku..........



_NLES_

Senja dan Bintang

Aku tak tau arah, tak ku tau kmn harus melangkah pulang, aku terjebak di hatimu, tersesat oleh cintamu yg tertahan....
Berputar diantara senja n malam...
Jingga, tunjukkan padaku jalan menuju bintang, aku ingin kembali pulang... Ke dalam dekap senja n terang malam, bersama jingga, dan bintang....
Karena aku adalah jingga.... Dan dialah bintang, dia bintangku !


_NLES_

BUKIT BULAN

Aku tersadar dari lamunanku yang kurasa cukup panjang,lebih dari hitungan jariku.Dan selalu tanpa kusadari ketika bedak tipis yang kupoleskan ikut hanyut dalam aliran air mataku.Aku terkenang akan dirimu lagi.
Andai saja……….
Ah sudahlah,aku tak ingin penyesalan dan obsesiku bersekutu memenjarakanku dalam masa lalu.Tapi setiap celah yang berhasil kulalui,segala yang tersentuh oleh tanganku serta setiap nyanyian sayup yang kudengar selalu saja membawaku kembali padamu,tepatnya pada bayangmu.

*****
Aku berlari ke bukit bulan, sebuah bukit kecil mungkin lebih mirip gundukan yang sedikit lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Tempat yang beberapa tahun ini menjadi istana kedamaian untukku, karena di tempat ini aku merasa seolah bulan berhadapan denganku, tepat di depan wajahku........
Membiarkanku menumpahkan segala rasa tentangmu,menunggu tenang saat aku menghabiskan sisa-sisa air mataku dan selalu tidak pernah bosan mendengar cerita serta harapaku yang selalu saja sama dari waktu ke waktu , bahwa aku mencintaimu dan berharap dia membawamu kembali padaku.
Tapi malam ini untuk pertama kalinya aku kecewa padanya karena bukit bulan tampak gelap tanpa cahaya. Sejenak aku berpikir, apa bulan akan meninggalkanku juga seperti kamu?? Pergi membawa cinta dan harapan, selamanya…..
Kamu yang tak pernah kembali lagi untuk penuhi janji cinta kita yang sempat terukir manis di permukaan daun ilalang. Ilalang yang akhirnya terbakar teriknya siang ….
Memang tak sampai menjadi debu, tapi cukup membuat ukiran janji kita tak lagi mampu terbaca.

*****
Aku tetap menunggu bulan muncul dan aku akan menuntaskan ceritaku sebelum akhirnya dia merasa bosan mendengar betapa aku mencintaimu. Penantian ini mengingatkanku saat aku menunggu pada malam yang sama 3 tahun yang lalu, di tempat yang sama pula, di bukit bulan.
Penantian yang berakhir dengan luka yang begitu mendalam, luka karena kepergianmu yang tak akan pernah kembali lagi untuk apapun bahkan untuk janji ilalang kita.
Ah………
Tubuhku terasa hangat tepat saat bulan mucul menyapaku, ketika air mataku belum benar-benar mengering…
Pada bulan aku kembali mengadu, seperti biasa namun pada cerita dan harapan yang berbeda.
Ya sesuatu yang akhirnya kusadari bahwa kamu benar-benar telah pergi tapi bukan cintamu. Membayangkanmu adalah siksa bagiku, apalagi ketika rindu itu menjalar di setiap nadiku, kurasakan perih yang tak tertahan…
“bulan, janji ilalangku telah terbakar. Kini semua akan berakhir tanpanya, benar-benar tanpa dia.”
Bulan tersenyum tenang padaku, setengah hatiku kini berlalu tanpamu dan janji ilalangmu. Berharap menjaga cintamu seperti mentari pagi yang selalu hamgat dan indah. Lalu ketika sang malam menjemputku aku akan kembali ke bukit bulan. Tetapi tanpa cerita dan harapan tentangmu.


_ NLES_
(akhir 2008)

dan sebuah catatan ," kalian adalah aku......."

Kawan, ingatkah ketika pertama kali kita bertemu.....dengan sekedar uluran tangan kita mencoba menyatukan hati yang masih lugu...Dan melalui senyum dan kata kita mencoba untuk mengerti.
Hingga waktu merubah uluran tangan itu menjadi sebuah pelukan, senyum menjadi tawa dan kata untuk kita membagi cerita..dan waktu pula yang menjadikan sahabat sebagai kata terindah untuk kita menjalani hari...tapi kini ketika ruang dan waktu menjadi alasan bagi kita untuk tak lagi berangkulan, apa akan kita biarkan semua terlewatkan ??????????

pikirku ," sungguh berat melupakan sesuatu yang terlaluindah untuk dipikirkan......."

Kehadiranmu menambah warna baru untuk hidupku yang memang dipenuhi oleh indahnya warna pelangi….pertemuan kita hari itu membawamu ke dalam hayalku dan tanpa pernah aku sadari menyusup masuk ke dalam hatiku….. perlahan….tetapi lewat kata dan cerita kau berhasil ciptakan sesuatu yang sesungguhnya tak kuharapkan untuk ada ketika itu…tapi rasanya terlalu manis jika aku abaikan begitu saja…dan akupun tak mau menjadi munafik jika masih mengakui itu tidak indah…..dan kusadari,,aku suka……….!!!!
Tiap dering telpon semakin mengingatkanku bahwa ini tak seharusnya,namun bukan berarti salah……….puisi dan lagumu semakin membuatku larut tetapi juga takut…aku terlalu pengecut berhadapan dengan hatiku kalau-kalau aku mrnjadi sayang………aku sadar bahkan sangat sadar bahwa aku takkan pernah memilikimu karena kamu memang tak seharusnya termiliki olehku walaupun aku tak pernah berusaha mencegahmu ketika kamu mengusik mimpiku….sekali lagi karena aku suka !!!!
Aku tak pernah ingin kebersamaan kita menjadi cerita panjang yang menawan karena pada kenyataannya kisah singkat itu yang kini selalu menggangguku,memaksaku untuk tetap mengingat dan menjaganya sebaik mungkin………sejak awalnya aku memang tak ingin membuatmu menjadi istimewa dan tidak juga memintamu untuk menjadikanku seberarti ini karena aku sadar sesadar sadarnya bahwa aku telah termiliki olehnya……kamu memberiku banyak hal yang terlambat kusadari bahkan hingga tulisan ini kubuat…..tak hanya cerita tetapi satu pelajaran baru akan kesetiaan.....karena semakin aku mengenal tiap sudut hatimu semakin aku takut kehilangan……!!!!!!
Aku tahu ini tak seharusnya,,tak seharusnya puisi-puisimu terangkai begitu dalam karena aku…tak seharusnya…….
Aku merindukanmu…….
Untuk yang kesekian kali kukatakan karena aku suka...!!!!!!!


_NLES_