Minggu, 16 Oktober 2011

Tidurlah, Nak.....

Anakku,
tawamu masih saja riang,
hari telah malam,
tidurlah, Nak...

Anakku,
tidakkah kau merasa lelah ?
setelah seharian kau habiskan waktu mengitari kamar  sambil merangkak,
kamar kecil yang kita tempati,
kau, aku dan ayahmu...
maafkan kami, Nak...
belum mampu memberikanmu ruang yang sedikit lebih besar,
kau mungkin sering merasa kepanasan,
oleh kamar kecil yang penuh sesak...
tapi, Anakku...
di kamar kecil inilah aku dan ayahmu menjadi utuh,
pun ketika tarian sperma ayahmu menuju rahimku,
lalu kau bersembunyi di dalamnya,
sembilan bulan sepuluh hari,
kita melewatinya disini, Anakku.....


Anakku,
kau tumbuh dalam ketidakmampuan kami,
tapi ingatlah, Sayang.....
kau tak akan kurang akan cinta dan kasih sayang kami,
Ibu berjanji !
Kau memberi kami kejutan setiap hari,
tubuhmu yang semakin besar,
tatapanmu yang semakin tajam namun penuh kelembutan,
tangisanmu yang semakin kencang,
tawamu yang semakin riang,
dan Sayang, minggu lalu kau mulai memanggilku ibu
kau juga berhasil mengucap ayah untuknya
dan lihatlah senja tadi,
kau tampak mulai bisa berjalan,
perlahan,
dan nanti akan kulihat kau berlari riang menuju padaku...
Kau pasti lelah, Sayang..
setelah seharian memberiku rasa senang
sekarang,
tidurlah, Nak........

Anakku,
esok pagi ingin kulihat tawamu membangkitkan semangatku,
membangunkanku dari kelelahanku yang begitu panjang.
Tidurlah, Nak.......
Ibu akan menjagamu,
menenangkan tangismu di setiap malam,
Ibu tak akan mengeluh,
karena engkau anakku....

Anakku,
ayahmu belum juga pulang,
tadi pagi ketika dia pergi,
dia tampak begitu bersemangat, Sayang..
dan dia memintaku untuk tetap terjaga,
dia bilang akan pulang dan membawakanmu mainan,
tidakkah kau juga bahagia, Sayang ?

Tidurlah, Nak......
ibu akan menjagamu,
hingga sesaat lagi ayahmu pulang untuk kita........



_nles_


Kost, 11 Juli 2011
00.12 WITA

Ini rumahmu, Sayang....

Sayangku,
aku hidup untuk memahamimu,
meresapi tiap rasa sakit yang menderamu,
kekecewaanmu akan hidup ibarat racun yang menyebar di semua titik nadi,
mengotori tiap tetes darah yang masih mampu mengalir di antara daging-dagingmu,
yang kemudian membusuk,
lalu kembali melukaimu.......

Aku tahu, Sayang.......
engkau telah sangat lelah,
oleh kebencian,
kekecewaan,
pengabaian,
dan segala bentuk rasa sakit yang mereka ciptakan untukmu !

Tapi sadarkah, Sayang ?
sesungguhnya bukan mereka yang membunuhmu perlahan.
tapi engkau !
ya KAU,
dirimu sendiri.
kau yang selalu memberi mereka celah untuk menyakitimu !
hentikan mereka, sayang !
aku tahu engkau mampu...
temukan kebebasanmu yang sempurna,
engkau hanya perlu sedikit keberanian,
berjuanglah, Sayang !
lupakan sejenak rasa lelah dan kecewamu.....

Tahukah, Sayang ?
bahwa sesungguhnya mereka begitu takut,
takut akan betapa kuatnya engkau,
takut akan kokohnya kakimu berpijak,
takut ketegaranmu menjatuhkan mereka,
takut keberadaanmu menepikan mereka,
ketakutan-ketakutan yang mereka ciptakan dari ego mereka sendiri.

Lihatlah, Sayang......
betapa bodohnya mereka,
mereka melihatmu tak ubahnya pengemis kecil,
tanpa mereka pernah menyadari,
bahwa sesungguhnya engkaulah juru selamat mereka,
bahkan sejak pertama kali engkau mereka temukan !

Dan Sayangku,
pulanglah jika engkau telah merasa lelah,
ketika kakimu terlalu lemah untuk berdiri,
rengkuh tanganku, Sayang...
tak akan kubiarkan tubuhmu tumbang,
tak akan kubiarkan wajahmu menyentuh tanah,
kau akan tetap tegak, Sayang....

Sayangku,
aku tetap di depan pintu,
menunggumu pulang kapanpun kau inginkan,
ingatlah Sayang,
pintunya selalu terbuka,
meski dingin malam ataupun debunya siang seringkali membuatku merintih,
aku berjanji akan selalu terbuka pintu rumah kita,
karena aku tak mau di saat kau pulang kau akan kembali pergi jika melihatnya tertutup,
ini tetap rumahmu,
pulanglah Sayang........

Sayangku,
tahukah di setiap malam,
aku melipat tangan di depan dada,
memohon padaNYA,
untuk menjagamu agar selalu baik-baik saja,
meskipun pada kala yang sama kau tak pernah mengingat akan aku,
pun ketika kau sibuk menyinggahi rumah-rumah yang tak pernah aku tahu,
aku tetap disini, Sayang.......


Pulanglah, Sayang............



_nles_

Kost, 10 Juli 2011
23.33 WITA

Aku dan huruf-huruf di otakku......

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz.............
bertebaran,
berantakan,
berserakan,
tak teratur............

aku dan huruf-huruf di otakku,
huruf-huruf yang tak berangkaian,
yang tak tau tentang apa,
tak terdefinisi,
samar-samar,
tak jelas.............

nalarku,
logikaku,
selalu tak normal ketika mengingat tentang kamu,
dan huruf-huruf di otakku,
semakin tak teratur,
bias.........

kamu,
menjadi alasan semakin tak jelasnya huruf-huruf di otakku,
kamu dan semua tentang kamu,
aaaaaaaaaaaaah..........
tapi ada beberapa huruf yang tersusun sempurna ;
cinta,
rindu,
cemburu,
sisanya selalu tak pernah jelas............


lupakanlah !



Rumah, 8 Juli 2011
12.53 WITA

_nles_

AKU !

aku ya aku.........
aku bukan kamu,
tak juga mereka,
aku adalah aku.......

aku dan keakuanku,
serta semua yang tentang aku,
mengaku sebagai aku,
yang sesungguhnya tak selalu aku.....

aku menjadi aku,
sebagai aku yang sesungguhnya aku,
aku dengan lebihku,
dan aku yang juga dengan kurangku.......

itu aku...........
tak lagi bertanya tentang siapa aku ?
tapi inilah aku !

mengetahui dan memahami tentang aku yang sesungguhnya aku,
bukan aku yang mengaku aku,
bersiap tentang aku yang memang aku,
bukan terbuai oleh aku yang tak aku,
akulah aku.........

sayangku,
kawanku,
sudahkah kalian tau dan paham akan aku dalam kalian ?
aku dalam kalian yang memang sesungguhnya kalian,
keakuan yang kalian,
adalah kalian,
dan jadilah aku bagi kalian dalam kalian..........


dan sayangku,
dan pula kawanku,
inilah aku.........
aku yang sesungguhnya aku !!!!!!!!!!




rumah, 8 Juli 2011

_nles_

Kusebut itu KITA.....

Aku dan kamu,
KITA,
Iyaaa benar, KITA !
Satu kata yg jauh lebih bermakna,
Tak hanya aku,
Tapi juga kamu,
Itulah KITA !

KITA,
Dari generasi yg tak sama,
Terlahir dari masa yang berbeda.....
Tapi aku dan kamu,
Mampu menjadi satu !

Hyang Paraning Numadi,
Menciptaku,
Melalui tarian-tarian sperma yg menyatu dengan benih hidup dalam rahimmu,
Menitipku dalam ruang hangat itu,
Sembilan bulan sepuluh hari,
Aku menakarnya dalam waktu,
Dan setelahnya,
Kau tunjukkan padaku,
Tentang semesta dan manusia,
Dan bahwa aku hidup,
Memulai kehidupanku,
Sebagai sesuatu yg benar-benar hidup,
Sama sepertimu,
Ayah dan ibuku.......... :)

KITA,
Terlahir dari masa yg berbeda,
Menjadi generasi yg tak sama,
Tapi aku dan kamu,
KITA,
Adalah satu.....
oleh aliran darah yg tak berbeda,
dari rahim yg satu,
Kamu dan aku,
KITA,
Adalah titipan yg sama,
Oleh Hyang Paraning Numadi,
Untuk ayah & ibu,
Kamu,
Adik-adikku.......... :)



Kost, Kamis 24 Maret 2011
16.23 Wita
_nles_

Aku, bintang Venusmu........

Menjanji rindu aku, pada segurat ilalang di bukit senja.......
Janji ilalang, kusebut itu !
Merindu aku, pada rasa yg silam, tentang lelakiku.....
Pada semua kata dalam sajak-sajak sederhana,
dan tawa renyah,
Bukankah itu sebuah masa yang bahkan lebih dari sekedar indah,
Masa yang membuat kamu dan aku,
Merasa bernyawa,
Selalu di setiap detik kala.........

Janji ilalang,
Aku menyebutnya !
Melukis sebuah ikrar,
Tanpa guratan.......
Bersaksi tanpa kata,
Ketika kamu ajukan tanya,
" Bersediakah engkau, bintang Venusku, menjadikan aku penjagamu, di setiap kala & masa ? "

Dan aku hanya mengangguk,
Pelan........
" Dan akan kuterima kamu, kujadikan engkau suami......... :)

Aaaaaah....... Aku rindu, teramat !


Kost, Kamis 24 Maret 2011
11.41 Wita
_nles_

Pulanglah, dik....

Wajahmu pucat,
senyummu terlihat begitu pahit,
terpaksa kah ?


Ada apa, dik ?
Berbagilah....
Meski hanya dengan cerita...
Karena lewat ceritamu kami akan tahu tentang kau dan dunia barumu.


Tapi aku rasa kekuatanmu telah habis.
Lihat saja,
Langkahmu gontai,
Ayunan tanganmu tak lagi seirama,
Tatapanmu tampak begitu kosong.
Kemana hilangnya semangat itu ?
Kemana larinya pancaran penuh pengharapan itu ?
Semua seperti tak lagi terlihat,
Aku yang tak lagi mampu melihat,
Atau sesungguhnya memang tak lagi ada ?


Kamu tampak begitu rapuh, dik !
Ada apa ?
Berbagilah.....
Aku selalu menyiapkan bahu,
Untuk tempatmu menangis,
Tentu saja !


Begitu berat kah hingga membuatmu tak mampu berkata ?
Begitu lelah kah hingga berdiri pun kau tak lagi mampu ?
Begitu menyedihkan, dik......
Begitu tampak berbeda !


Kembalilah pada kami...
Jika kau merasa telah cukup lelah utk brdiri diantara mereka.
Tangan kami masih selebar dulu utk tetap menyambutmu.....
Pulanglah, ke rumah kita !
Ini masih tetap rumahmu,
rumah yang sama,
rumah yang dahulu membesarkanmu.


Pulanglah.....
Kami menunggumu d depan pintu, pintu hati kami.......


Masih ingatkah kau dengan jalannya ?
jika tidak,
jika engkau telah lupa,
kami akan membantumu utk menemukannya,
menemukan jalan pulang !
Dan jika pun engkau terlalu lelah untuk melangkah,
kaki kami akan menopang tubuhmu utk tetap tegak,
tangan kami akan memapahmu,
hingga kau tiba di rumah !


Pulanglah.........
Kami merindukanmu, dik !



Kost, 8 November 2010
_nles_